Geografis

0 komentar
LETAK ASTRONOMI
Secara astronomis letak Kota Probolinggo berada pada 7o43’41” - 7o49’04” Lintang Selatan dan 113o10’ - 113o15’ Bujur Timur.

TOPOGRAFI
Peta Ketinggian Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014
Tabel Tinggi wilayah per kecamatan Kota Probolinggo
Nama Kecamatan
Tinggi Wilayah (m DPL)
Kademangan
4-36
Kanigaran
0-4
Kedopok
6-12
Mayangan
4-12
Wonoasih
4-36
Kota Probolinggo
0-36
Sumber: BPS Kota Probolinggo, Kota Probolinggo Dalam Angka Tahun 2016
Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai 36 m DPL (di atas permukaan air laut). Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Namun demikian seluruh wilayah Kota Probolinggo relatif berlereng (0-2%). Hal ini mengakibatkan masalah erosi tanah dan genangan yang cenderung terjadi di daerah ini. 

GEOLOGI
Peta Geologi Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014
Wilayah Kota Probolinggo dibentuk dari bahan induk batuan vulkanik dan zaman quarter muda (young quarternary volcanic product) dan batuan endapan (alluvium). Bahan induk tersebut terbentuk dengan fisiografi yang relatif datar. Bahan induk alluvium terdapat pada wilayah bagian utara dan tenggara, sedangkan bahan induk volcanic product terdapat pada bagian lainnya.

JENIS TANAH
Peta Jenis Tanah Kota Proolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014
Jenis tanah di wilayah Kota Probolinggo terdiri dari Alluvial, Mediteran, dan Regosol. Jenis tanah alluvial regosol terdapat pada daerah paling utara yaitu daerah pantai. Alluvial kelabu tua pada bagian tengah ke utara. Jenis tanah yang terluas di wilayah Kota Probolinggo adalah alluvial coklat keabuan, yaitu dari bagian tengah hingga selatan kota. Jenis tanah regosol coklat terdapat sebagian kecil di bagian timur kota, sedangkan kompleks grumosol hitam dan litosol pada bagian barat daya kota. Jenis tanah aluvial (63.98%) merupakan tanah yang sangat baik untuk usaha pertanian, karena tersedia cukup mineral yang diperlukan untuk tumbuh-tumbuhan. Demikian pula jika digunakan untuk bangunan, jenis tanah ini mempunyai daya tahan yang kuat karena merupakan endapan tanah liat yang bercampur pasir halus. Jenis tanah grumosol (4.82%) sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki drainase buruk. Dengan demikian, tentunya jenis tanah ini kurang baik guna didirikan bangunan karena selalu terancam bahaya. Jenis tanah Mediteran (31.20%) merupakan jenis tanah yang memiliki karakteristik tahan menahan.
Kemampuan tanah suatu wilayah perlu ditinjau mengenai kedalaman efektif tanah, tesktur tanah, drainase, dan faktor pembatasnya. Kemampuan tanah suatu wilayah perlu ditinjau mengenai kedalaman efektif tanah, tesktur tanah, drainase, dan faktor pembatasnya. Kedalaman tanah di wilayah Kota Probolinggo adalah lebih dari 90 cm. Tekstur tanah di Kota Probolinggo terdiri dari tekstur halus dan sedang. Tanah bertekstur halus terdapat di wilayah bagian Utara, sedangkan tanah bertekstur sedang terdapat di bagian wilayah lainnya. Luas tanah bertekstur halus ialah 3.816 Ha (67,35% dari luas wilayah), sedang tanah bertekstur sedang ialah 1.849,93 Ha (32,65% luas wilayah). Sebagian besar wilayah Kota Probolinggo berdrainase cukup baik atau tidak pernah tergenang. Drainase tergenang periodik terdapat di dekat pantai dan beberapa kawasan di daerah tengah. Areal persawahan dan tambak dimasukkan pada tanah berdrainase baik. Hanya 52,5 Ha (0.93%) tanah berdrainase tergenang periodik dan terus-menerus. Tanah tergenang periodik tersebut diakibatkan oleh keadaan pasang surut air laut. Keadaan tanah yang sebagian besar berdrainase baik, tentunya menguntungkan dalam pengembangan fisik kota.

HIDROLOGI
Peta Sumber Mata Air Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014
Sungai-sungai utama yang terdapat di Kota Probolinggo adalah Sungai Kedunggaleng, Umbul, Banger, Legundi, Kasbah dan Pancor. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo tahun 2016 rata-rata panjang aliran sungai di kota ini mencapai 3,803 km, yang terpanjang alirannya adalah Sungai Legundi dengan panjang aliran mencapai 5,439 km dan yang terpendek alirannya adalah Sungai Kasbah dengan aliran hanya 2,037 km. Sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dari arah selatan ke utara sesuai dengan kelerengan wilayah. Air sungai dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dan perikanan, hal ini dimungkinkan karena sungai tersebut belum tercemar oleh industri-industri besar yang memang tidak terdapat di Kota Probolinggo.

IKLIM
Peta Curah Hujan Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014
Pada umumnya wilayah Kota Probolinggo beriklim tropis. Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 musim setiap tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan musim kemarau berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo tahun 2016 yang diambil dari 4 stasiun pengamatan hujan yang ada di Kota Probolinggo yaitu Triwung Kidul, Kademangan, Pakistaji, dan Probolinggo, hujan di Kota Probolinggo terjadi selama 8 bulan dengan jumlah 72 hari/tahun ditahun 2015 dan rata-rata curah hujan yang turun 1.362 mm.  Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan April, sedangkan hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Temperatur rata-rata terendah mencapai 260C dan tertinggi mencapai 320C. Musim kering yang terjadi pada bulan Juli sampai dengan Oktober di Kota Probolinggo berpengaruh terhadap terjadinya angin kering yang bertiup cukup kencang dari arah tenggara ke barat laut, angin ini populer dengan sebutan Angin Gending.

Read More »

Sejarah

0 komentar
Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo yang dikenal dengan nama “Banger”, nama sungai yang mengalir ditengah daerah Banger ini. Banger merupakan pendukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga Kerajaan Majapahit yang terkenal, yaitu Prapanca.
Sejalan dengan perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan di jaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger juga mengalami perubahan-perubahan atau perkembangan jaman. Semula merupakan pedukuhan kecil di muara kali Banger, kemudian berkembang menjadi Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Akuwu, di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan, dikuasai pula oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang di kenal dengan “Perang Paregreg”.
Pada masa Pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang di paksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan (termasuk Banger) diserahkan kepada VOC tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung. Kabupatennya terletak di Desa Kebonsari Kulon. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen) – Patih Pasuruan – Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kompeni (VOC) terkenal dengan politik adu dombanya. Kyai Djojolelono dipengaruhi, diadu untuk menangkap dan membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang turut memusuhi kompeni.
Panembahan Semeru akhirnya terbunuh oleh Kyai Djojolelono. Setelah menyadari kekhilafannya terpengaruh oleh politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono menyesali tindakannya. Kyai Djojolelono mewarisi darah ayahnya dalam menentang kompeni. Sebagai tanda sikap permusuhannya tersebut, Kyai Djojolelono kemudian menyingkir, meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger pada tahun 1768, terus mengembara.
Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, putera Raden Temunggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke -10 sebagai Bupati Banger kedua. Rumah Kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama. Kompeni tetap kompeni, bukan kompeni kalau tidak adu domba.
Karena politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono yang tetap memusuhi kompeni ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro. Setelah wafat, Kyai Djojelono di makamkan di pesarean “Sentono”, yang oleh masyarakat dianggap sebagai makam keramat. Dibawah pimpinan Temenggung Djojonegoro, daerah Banger tampak makin makmur, penduduk tambah banyak. Beliau juga mendirikan Masjid Jami’ (tahun 1770). Karena sangat disenangi masyarakat, beliau mendapat sebutan “Kanjeng Djimat”. Pada tahun 1770 nama Banger oleh Tumenggung Djojonegoro (Kanjeng Djimat) di ubah menjadi “Probolinggo” (Probo: sinar, linggo: badan, tugu, gada, tongkat (mungkin yang dimaksud adalah meteor atau bintang jatuh). Setelah wafat Kanjeng Djimat dimakamkan di pesarean belakang Masjid Jami’.
Pada masa pemerintahan kekuasaan Gubernur Jenderal Meester Herman William Daendels, yang terkenal dengan pemerintahan tangan besinya, mengadakan perubahan-perubahan dalam pemerintahan. Juga banyak menjual tanah negara kepada bangsa asing. Tanah Probolinggo (termasuk Kraksaan dan Lumajang) dijual kepada Mayor Cina Han Kek Koo (Han Tik Hoo, Han Tik Ko, Han Tek Kok). Han Kek Koo kemudian menjadi Bupati Probolinggo ke-5 yang bergelar “Babah Tumenggung”. Pusat pemerintahan (Kabupaten) dipindahkan di sebelah Selatan Alun-alun, seperti keadaan sekarang ini.
Pada masa pemerintahan Raden Adipati Ario Nitinegoro, Bupati Probolinggo ke-17, Pemerintahan Hindia Belanda membentuk “Gementee Probolinggo” (Kota Probolinggo) pada tanggal 1 Juli 1918 (berdasarkan Stbl 322-1918). Tanggal 1 Juli 1918 kemudian dijadikan sebagai hari jadinya Pemerintahan Kota Probolinggo.
Bersamaan dengan HUT Bhayangkara, tanggal 1 Juli oleh Pemerintah Kotamadya Probolinggo telah beberapa kali diperingati sebagai hari jadi atau HUT Pemerintah Kota Probolinggo. Tahun 1926 Gementee diubah menjadi Stads Gementee berdasarkan Stbl 365 Tahun 1926. Gementee Probolinggo selanjutnya menjadi Kota Probolinggo berdasarkan Ordonansi pembentukan kota (Stbl. 1928 No. 500). Sejak tahun 1918 Gementee Probolinggo dipegang/dijabat oleh seorang Asisten Residen (di bawah keresidenan Pasuruan). Baru pada 1928 diangkat seorang Burgemeester (Walikota) sebagai Kepala Daerah yang berkuasa penuh. Pada tahun 1929 Probolinggo pernah menjadi ibukota Karesidenan Probolinggo.

Read More »

Visi dan Misi

0 komentar
Sesuai ketentuan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang perumusan RPJMD Kota Probolinggo Tahun  2014-2019  ini  harus  menjabarkan  visi,  misi dan  program Kepala Daerah terpilih, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 dan memperhatikan RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional. Oleh karenanya dengan memperhatikan ketentuan tersebut serta mempertimbangkan pula potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang serta isu-isu strategis yang terjadi.

Visi Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2014-2019
“Probolinggo Kota Jasa Berwawasan Lingkungan Yang Maju, Sejahtera dan Berkeadilan”
Makna yang terkandung dalam visi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Maju
adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif, berdaya saing dan mandiri, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjaga tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan namun tetap berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal, ditopang oleh ketahanan ekonomi dan sosial. Dengan demikian kondisi masyarakat yang maju akan bermakna kondisi masyarakat Kota Probolinggo yang semakin berkualitas yang didukung dengan penerapan nilai-nilai dan norma agama serta pengamalan nilai-nilai 4 (empat) pilar kebangsaan. Kondisi masyarakat yang maju dengan rumusan demikian itu sangat diperlukan untuk mampu mendukung upaya terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kota Probolinggo sebagaimana arah visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih.
2. Sejahtera
adalah sikap dan kondisi masyarakat kota Probolinggo yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman, tenteram dan makmur dalam menjalani kehidupan. Masyarakat kota Probolinggo yang terwujud kesejahteraannya karena keberhasilan upaya pemantapan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Sikap dan kondisi masyarakat demikian tadi selaras dengan tuntutan Kota Probolinggo yang terus berusaha untuk mewujudkan peningkatan derajat kesejahteraannya. Sejahtera menggambarkan derajat kehidupan warga Kota Probolinggo yang meningkat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pendidikan, kesehatan, terbukanya kesempatan kerja dan berusaha, serta lingkungan fisik, sosial dan religius sebagai bentuk perwujudan masyarakat yang sejahtera.
3. Berkeadilan
adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan, elemen dan komponen masyarakat Kota Probolinggo. Pembangunan berkeadilan adalah pembangunan untuk semua, dengan orientasi pada pemeratan distribusi hasil pembangunan, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkeadilan. Berkeadilan berarti tercipta kondisi yang adil di segala bidang kehidupan yang pasti didambakan oleh seluruh masyarakat warga Kota Probolinggo. Berkeadilan berarti dapat diberikannya hak bagi siapapun yang telah melaksanakan kewajibannya, berarti juga terwujudnya kesetaraan posisi semua warga masyarakat dalam bidang hukum dan pemerintahan. Pembangunan yang berkeadilan juga bermakna pembangunan yang tidak hanya dinikmati hasilnya pada masa sekarang saja tetapi juga dapat terus terjaga keberlanjutannya sehingga dapat bermanfaat pula bagi masyarakat di masa mendatang. Pembangunan yang demikian mensyaratkan adanya pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sebagaimana arah visi Kepala Daerah terpilih.
4. Kota Jasa Berwawasan Lingkungan
adalah konsep untuk mewujudkan Probolinggo sebagai kota yang akselerasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah pengembangan kota dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, sistem transportasi dan sistem teknologi informasi yang memadai. Kota jasa (sebagaimana arah dari visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih) mengandung arti bahwa Kota Probolinggo mendasarkan bentuk aktivitasnya pada pengembangan ekonomi sesuai dengan karakteristik kota, yang didalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang punggung pembangunan (dengan tidak meninggalkan potensi lainnya) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Dalam konteks ini secara khusus yang menjadi arah visi adalah kota jasa yang berwawasan lingkungan, artinya aspek kelestarian lingkungan hidup menjadi perhatian utama dan sekaligus pengendali dalam operasionalisasi kegiatan perdagangan, jasa dan investasi.


Misi Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2014-2019
Dalam rangka pencapaian Visi Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2014-2019 tersebut, maka dalam RPJMD ini ditetapkan misi yang berfungsi sebagai upaya untuk mewujudkan visi yang rumusannya dapat dielaborasi sebagai berikut :

1. Membangun Masyarakat Kota Probolinggo yang Semakin Berkualitas dan Berdaya Saing
adalah untuk menciptakan sosok masyarakat Kota Probolinggo tahun 2019 yang berkualitas dan berdaya saing, yakni masyarakat yang agamis, berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, memiliki spirit membangun dan siap untuk berkompetisi dan memiliki kesiapan untuk menghadapi era globalisasi bidang politik-keamanan, ekonomi dan sosial budaya (Asean Community).
2. Membangun Perekonomian Kota Probolinggo yang Kompetitif, Kokoh dan Berkeadilan
adalah untuk menciptakan sosok perekonomian Kota Probolinggo tahun 2019 yang kokoh dan berkeadilan, yakni sosok perekonomian kota yang kompetitif dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya, kokoh dan kuat dalam menghadapi berbagai turbulansi perekonomian namun tetap berorientasi pada perekonomian yang berkeadilan.
3. Meningkatkan Kinerja Pemerintahan Kota Probolinggo Didukung Akuntabilitas, Profesionalitas dan Perluasan Partisipasi Publik
adalah untuk menciptakan sosok Pemerintahan Kota Probolinggo Tahun 2019, yakni sosok pemerintahan yang berkinerja tinggi, profesional, amanah dan bertanggungjawab dalam bingkai tatakelola pemerintahan yang baik guna melaksanakan fungsi pelayanan, pengaturan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat, amanah dan demokratis.
4. Mewujudkan Kota Probolinggo sebagai Kota Jasa yang Ramah Lingkungan dengan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan yang Berkelanjutan
adalah untuk menciptakan sosok Kota Probolinggo Tahun 2019 yang telah terpenuhi infrastruktur kota yang mampu dan siap untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
5. Memperkokoh Kehidupan Sosial Kemasyarakatan Kota Probolinggo Dalam Bingkai Kearifan Lokal
adalah untuk menciptakan sosok kehidupan sosial kemasyarakatan Kota Probolinggo Tahun 2019 yang harmonis melalui peningkatan peran generasi muda, pembinaan olah raga, pengembangan seni dan budaya serta pengembangan rasa kesetiakawanan sosial terutama bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Read More »

Gambaran Umum

0 komentar
Luas wilayah Kota Probolinggo berupa daratan seluas 56,667 km2. Secara administrasi pemeritah Kota Probolinggo terbagi dalam 5 kecamatan dan 29 kelurahan yang terdiri dari Kecamatan Mayangan terdapat 5 kelurahan, Kecamatan Kademangan terdapat 6 kelurahan, Kecamatan Wonoasih terdapat 6 kelurahan Kecamatan Kedopok terdapat 6 kelurahan, dan Kecamatan Kanigaran terdapat 6 kelurahan.
Peta Administrasi Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014
Adapun batas wilayah administrasi Kota Probolinggo meliputi :
1.       Sebelah Utara      : Selat Madura
2.      Sebelah Timur     : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
3.      Sebelah Selatan   : Kecamatan Leces, Kecamatan Wonomerto, dan
Kecamatan Sumberasi Kabupaten Probolinggo
4.      Sebelah Barat      : Kecamatan Sumberasih Kabupaten   Probolinggo

Tabel Luas wilayah Kota Probolinggo per kecamatan
Nama Kecamatan
Luas Wilayah (km2)
Kademangan
12,754
Kanigaran
10,653
Kedopok
13,624
Mayangan
8,655
Wonoasih
10,981
Kota Probolinggo
56,667
Sumber: BPS Kota Probolinggo, Kota Probolinggo Dalam Angka Tahun 2016

Jarak antara ibukota kabupaten ke kecamatan di Kota Probolinggo, yaitu :
1.       Kecamatan Kademangan berjarak 6,1 km.
2.      Kecamatan Kedopok berjarak 6 km.
3.      Kecamatan Wonoasih berjarak 7,7 km.
4.      Kecamatan Mayangan berjarak 0,9 km
5.      Kecamatan Kanigaran berjarak 4 km.
Sumber: BPS Kota Probolinggo, Kota Probolinggo Dalam Angka Tahun 2016
Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit dan penghubung kota-kota yang ada di Jawa Timur yaitu atar kota di sebelah timur meliputi Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota di sebelah barat meliputi Pasuruan, Malang, Surabaya.

Read More »

Konstelasi Wilayah

0 komentar
Pengembangan Sistem Perkotaan Kota Probolinggo diperuntukkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW)PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan propinsi atau beberapa kabupaten/kota.

Dengan Wilayah Pengembangan (WP) Probolinggo-Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo meliputi Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo,dan Kabupaten Lumajang dengan fungsi pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan dan kesehatan.

Kota Probolinggo dikembangkan menjadi kawasan yang berperan sebagai pusat pelayanan yaitu Pusat Kota. Salah satu fungsi penting dari kawasan ini adalah sebagai pusat koleksi dan distribusi dalam Kota Probolinggo juga dalam hubungannya dengan wilayah lain (regional), terutama dalam lingkup SWP Probolinggo-Lumajang. Untuk dapat mendukung tujuan pengembangan wilayah Kota Probolinggo, maka Kawasan Pusat Kota diarahkan sebagai pusat pemerintahan, perumahan, pusat perkantoran, pusat perdagangan dan jasa, fasilitas umum, jalur hijau dan kawasan militer dan meningkatkan laju perkembangan dan pertumbuhan wilayah Kota Probolinggo harus didukung dengan peningkatan sarana dan prasarana penunjang, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh wilayah kota.

Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031, RTRW Kota Probolinggo Tahun 2009-2028

Read More »

Fungsi Utama dan Pendukung yang Diarahkan

0 komentar
FUNGSI UTAMA
Pengembangan Sistem Perkotaan Kota Probolinggo diperuntukkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW)Dengan Wilayah Pengembangan (WP) Probolinggo-Lumajang yang memasok hasil pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan dan kesehatan.

FUNGSI PENDUKUNG
Kawasan Pusat Kota diarahkan sebagai pusat pemerintahan, perumahan, pusat perkantoran, pusat perdagangan dan jasa, fasilitas umum, jalur hijau dan kawasan militer yang didukung dengan sarana dan prasarana penunjang.

Peta Struktur Tata Ruang Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo Tahun 2014

PENETAPAN STRUKTUR WILAYAH KOTA PROBOLINGGO

Kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah, meliputi; 
a. Kebijakan dan strategi sistem perdesaan; 
b. Kebijakan dan strategi sistem perkotaan; 
c. Kebijakan dan strategi sistem penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan; dan 
d. Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana

Kebijakan dan strategi sistem perdesaan, memuat : 
a. Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing kawasan, dengan strategi sebagai berikut : 
1) pengembangan kawasan perdesaan berbasis potensi unggulan pertanian setempat guna mewujudkan desa agrowisata ; dan 
2) peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian perkebunan unggulan sebagai satu kesatuan sistem. 
b. Pengembangan agroindustri untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di wilayah selatan, dengan strategi sebagai berikut : 
1) pengembangan infrastruktur penunjang agroindustri ;  
2) pengembangan kelembagaan penunjang agroindustri ; dan 
3) peningkatan interaksi dan aksesibilitas yang memadai, tepat sasaran dan berkelanjutan menuju kawasan selatan.

Kebijakan sistem perkotaan adalah penetapan hirarki pusat pelayanan wilayah kota guna mendukung perkembangan kawasan perkotaan secara keseluruhan, dengan strategi sebagai berikut : 
a. pengembangan perkotaan utama sebagai pusat pelayanan kota di Kecamatan Kanigaran ; 
b. pengembangan Kecamatan Mayangan, Kademangan, Kedopok dan Wonoasih sebagai sub pusat pelayanan kota dengan skala pelayanan kecamatan ; 
c. pengembangan tiap-tiap kelurahan sebagai pusat-pusat pelayanan lingkungan di tiap-tiap Kecamatan dengan skala pelayanan lingkungan ; 
d. pengembangan sub pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada huruf b, diarahkan sesuai dengan potensi wilayah masing-masing ; 
e. mendorong pengembangan Kecamatan Mayangan sebagai perkotaan dengan fungsi utama pelabuhan barang, pelabuhan perikanan pantai (PPP), pelabuhan penumpang, industri dan pergudangan dengan tetap mempertahankan keseimbangan ekologis kawasan pesisir ;  
f. menjalin kerjasama dengan Kabupaten yang menjadi hinterland (daerah belakang) pelabuhan Tanjung Tembaga untuk menunjang dan mempercepat pengembangan pangsa pasar pelabuhan

Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan, memuat : 
a. Penetapan fungsi kawasan perdesaan, yang meliputi : 
1) Pengembangan produk unggulan perdesaan.
2) Penetapan kawasan lahan pangan berkelanjutan. 
3) Pengembangan sistem agroindustri pada kawasan potensial.
b. penetapan fungsi kawasan perkotaan, yang meliputi : 
1) memberikan pelayanan pemerintahan, sosial dan ekonomi sesuai potensi kawasan perkotaan dan peran yang harus diemban dalam skala yang lebih luas.
2) pengembangan kawasan perkotaan di setiap kecamatan. 

Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana, memuat : 
(1) Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana transportasi yang meliputi : 
a. Pengembangan transportasi jaringan jalan, yaitu pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan.
b. Pengembangan  terminal dan sub terminal.
c. Pengembangan prasarana dan sarana pejalan kaki.
d. Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum.
e. Pengembangan transportasi kereta api, yaitu optimalisasi pengembangan sistem transportasi massal dan infrastruktur pendukungnya.
f. Pengembangan transportasi laut.
(2) Kebijakan pengembangan prasarana telematika yaitu peningkatan kualitas, jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkan, dengan strategi sebagai berikut : 
a. pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga, telepon umum dan jaringan seluler.
b. penerapan teknologi telematika berbasis teknologi modern.
c. peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa informasi berbasis teknologi internet.
d. pembangunan teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan.
e. membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan pusat perkotaan.
f. penyediaan tower BTS (base transceiver station) yang menjangkau hingga ke pelosok perdesaan yang diarahkan pada kawasan dengan intensitas guna lahan yang rendah. 
g. pada kawasan padat bangunan, dilakukan pembatasan terhadap bangunan tower yang baru dan pemanfaatan bangunan tower yang telah ada untuk digunakan sebagai tower bersama.
(3) Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana energi dan kelistrikaan meliputi : 
a. Optimalisasi jangkauan jaringan gas bumi.
b. Optimalisasi tingkat pelayanan.
c. Perluasan jangkauan listrik yang menjangkau seluruh wilayah kota.
(4) Kebijakan dan Strategi pengembangan prasarana sumber daya air, meliputi : 
a. Peningkatan sistem jaringan prasarana pengairan.
b. Optimalisasi fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air.
(5) Kebijakan dan Strategi pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan, meliputi : 
a. Optimalisasi drainase lingkungan.
b. Optimalisasi sistem persampahan. 
c. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas penyediaan air bersih.
d. Optimalisasi penanganan air limbah.
(6) Kebijakan dan Strategi pengembangan sistem prasarana kegiatan sektor  informal meliputi : 
a. Peningkatan SDM sektor informal.
b. Memfasilitasi kegiatan sektor informal agar bersinergi dengan rencana tata ruang.
(7) Kebijakan dan Strategi pengembangan sistem prasarana ruang evakuasi bencana yaitu optimalisasi upaya penyediaan dan pemanfaatan ruang evakuasi bencana.

Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031, RTRW Kota Probolinggo Tahun 2009-2028

Read More »

Penggunaan Lahan

0 komentar
Peta Penggunaan Lahan Kota Probolinggo
Sumber: Bappeda Kota Probolinggo, Tahun 2014



Read More »